Searching...
Monday, February 17, 2014

TEORI BELAJAR KONTEMPORER

TEORI BELAJAR KONTEMPORER
(MarselaAltasari N : Pendidikan Ekonomi UPI 2012)


Untuk mahasiswa yang sedang mengontrak mata kuliah Belajar dan Pembelajaran ataupun yang ingin meningkatkan pengetahuannya mengenai Teori Belajar, semoga tulisan ini bisa membantu dalam memahami karakteristik teori belajar kontemporer.
Teori Belajar Kontemporer
Dalam pembelajaran kita mengenal berbagai macam teori belajar.  Teori belajar yang akan dibahas kali ini adalah teori belajar kontemporer. Teori belajar kontemporer adalah teori yang belajar yang bersumber dari teori konstruktivisme. Karena pembelajaran merupakan aktivitas belajar mengajar antara guru dengan siswa, dalam teori konstruktivime ini menjadikan peran guru hanya sebagai fasilitator dalam pembelajaran, karena siswa dituntut untuk berperan aktif dalam mengelola informasi yang diperoleh.


Berikut adalah macam-macam teori belajar kontemporer, diantaranya:
a.   Operant Conditioning dari B.F Skinner
b.      Condition of Learning dari Robert Gagne
c.       Information Processing dari Donald A. Norman
d.      Cognitive Development dari Piaget
e.       Social Learning dari Albert Bandura
f.       Attribution dari Weiner

Mari kita bahas macam-macam teori belajar kontemporer satu persatu,
A.  Karakteristik Teori Operant Conditioning dari B.F Skinner
Berkembangnya teori Operant Conditioning berasal dari Classical Conditioning dari Pavlov. Inti dari teori ini adalah bahwa setiap perilaku berwujud karena ada stimulus yang hasilnya berupa respon atau yang biasa dikenal S-R (Stimulus Respon). Contohnya saat bayi merasa lapar maka dia hanya bisa menangis. Jadi Stimulus dari contoh diata adalah rasa lapar dan respon dari stimulus tersebut adalah menangis. Oleh karena itu teori operant conditioning ini akan  terjadi bila stimulus diperkuat oleh respon. Stimulus bisa berupa reward atau punishment.

Berikut adalah beberapa prinsip yang melandasi teori  perilaku menurut Skinner:

1.      Prinsip Konsekuensi
Setiap perilaku memiliki konsekuensinya. Konsekuensi yang timbul dari adanya perilaku bisa secara langsung maupun tidak langsung.  Dalam hal prinsip konsekuensi secara langsung  dibagi menjadi dua bagian yaitu: prinsip yang menyenangkan atau biasa disebut dengan Reinforcement dan prinsip yang tidak menyenangkan disebut dengan punishment.
a.      Reinforcement
Seperti yang telah dikemukakan oleh Thorndike dengan Law of effect, maka Skinner dalam teori Reinforcement tidak hanya berupa hadiah atau reward saja, melainkan suatu respon harus langsung didahului oleh suatu stimulus disebut Contingency. Skinner membuktikan bahwa dengan adanya reward maka hubungan S-R akan menjadi lebih kuat. Reward yang diberikan tidak hanya dalam bentuk barang saja, tetapi bisa dalam hal yang tidak berwujud seperti pujian dan perasaan puas.
Reinforcement dikelompokkan menjadi dua macam yaitu reinforcement intrinsik dan ekstrinsik. Reinforcement intrinsik datang dari diri sendiri, bisa berupa perasaan puas dengan prestasi belajar yang telah dicapai. Sedangkan reinforcement ekstrinsik datang dari luar, bisa berupa pujian, hadiah, dll.
b.      Punisment/hukuman
Hukuman merupakan contoh konsekuensi yang tidak memperkuat perilaku. Hukuman diberikan dengan tujuan untuk menghindari konsekuensi yang tidak diinginkan. Ketika hukuman diberikan sebaiknya diberikan penguatan terlebih dahulu, namun jika penguatan tidak berhasil mengubah perilaku, maka berikan hukuman yang sifatnya mendidik bukan berupa kemarahan dan kekerasan.

2.      Prinsip kesegeraan konsekuensi
Konsekuensi yang muncul dengan segera saat telah melakukan sesuatu, maka hasilnya akan lebih mempengaruhi perilaku dari pada konsekuensi yang datang terlambat. Selain diberikan dengan segera, konsekuensi juga hendaknya konsisten dan bersifat positif.

Jadi dapat disimpulkan bahwa teori operant conditioning yaitu teori yang berusaha untuk mengkondisikan siswa untuk merespon stimulus dan responnya berupa keinginan untuk belajar.

B.  Karakteritik Teori Condition of Laerning dari Robert Gagne
Dasar teori ini yaitu bahwa belajar tidak bisa berdiri sendiri hanya untuk menyampaikan materi pembelajaran, tapi perlu didukung oleh faktor lingkungan atau kondisi. Dalam teori ini menyatakan bahwa ada beberapa jenis atau tingkat pembelajaran. Pentingnya klasifikasi tersebut adalah bahwa setiap jenis yang berbeda membutuhkan berbagi jenis instruksi.
Berikut adalah lima kategori pembelajaran:
a.    Informasi Verbal
b.    Keterampilan Intelektual
c.    Strategi Kognitif
d.   Keterampilan Motorik
e.    Sikap
Dari kelima kategori pembelajaran diatas, komponen utamanya yaitu berupa kondisi internal dan eksternal yang berbeda diperlukan untuk setiap jenis belajar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa teori Conditioning of learning yaitu suatu kondisi atau lingkungan yang dikondisikan untuk menstimulu suatu kegiatan pembelajaran.
C.  Karakteristik teori Information Processing dari Donald A. Norman
Teori ini bisa dianalogikan seperti kinerja otak manusia. Setiap informasi yang diperoleh kemudian diolah oleh otak (disebut proses) dan  hail belajar merupakan output dari proses informasi. Pada saat otak menerima semua informasi, tentu setiap manusia memiliki kapaitas memori yang berbeda-beda. Untuk itu, adakalanya saat kita menambah informai baru, secara otomatis jika memori kita penuh itu bisa terhapus, maka dari itu bisa timbul lupa.
Lupa adalah suatu kondisi ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami.
Berikut ada 2 teori yang membahas tentang peristiwa lupa:
a.    Teori Atropi, ciri dari teori ini adalah pada lama interval. Bahwa lupa bisa muncul pada saat hal yang ingin diingat sudah lama tidak ditimbulkan lagi.
b.    Teori Interferensi, ciri dari teori ini adalah pada isi interval. Bahwa lupa bisa muncul pada saat kita menambah kembali macam-macam informasi sehingga saling bercampur aduk dengan informasi sebelumnya dan saling mengganggu sehingga menimbulkan kelupaan.

D.  Karakteritik Cognitive Development dari Piaget
Teori ini, yang disebut sebagai teori perkembangan kognitif (cognitive-developmental theory) yang berfokus pada bagaimana proses berpikir mengalami perubahan, secara kualitatif, seiring dengan usia dan pengalaman. Anak-anak berperan aktif mencari tahu informasi dan sering mencoba hal-hal baru. Dalam proses untuk mengerjakan hal ini, pemikiran anak-anak secara bertahap menjadi lebih abstrak dan sistematis.
a.    Tahap Sensorimotor (dari lahir Sampai Usia 2 tahun)
Menurut piaget perilaku pada usia bayi baru lahir merupakan tanggapan yang refleks, seperti menghisap jari. Namun pad bulan kedua, bayi mulai menunjukkan perilaku yang mereka ulang terus menerus, dan disebut tahap sensorimotor. Piaget mengatakan bahwa pada sebagian besar tahun pertama perilakunya bersifat spontan dan tidak terencana.
b.    Tahap Praoperasional (Umur 2 sampai umur 6 atau 7)
Pada tahap ini anak bisa menggambarkan benda dan simbol utama pad a tahap ini adalah bahasa. Kosakata yang meningkat memberikan skema yang baru yang berfungsi sebagai simbol yang memungkinkan anak-anak untuk berpikir tentang objek dan peristiwa di waktu yang berbeda dan di tempat yang jauh. Selain itu, bahasa memungkinkan anak-anak untuk mengkomunikasikan pikiran mereka dan menerima informasi dari orang lain.
c.    Tahap Operasi Konkrit (Usia 6 atau 7 Sampai Usia 11 atau 12)
Pada tahap ini, anak mulai berpikir logis yang memungkinkan mereka untuk mengintegrasikan berbagai kualitas dan perspektif suatu obyek atau kejadian. Misalnya, anak-anak sekarang menyadari bahwa sudut pandang dan perasaan mereka sendiri belum tentu dimiliki oleh orang lain dan mungkin mencerminkan pendapat pribadi. Mereka dapat menerapkan operasi logis mereka hanya untuk hal yang bersifat konkrit, objek dan peristiwa yang dapat diamati – itulah sebabnya disebut operasi konkret
d.    Tahap Operasi Formal (umur 11 atau 12 sampai masa dewasa)
Pada sekitar pubertas, anak memasuki tahap operasi formal. Pada titik ini, mereka menjadi mampu berpikir dan membuat penalaran tentang hal-hal yang memiliki dasar dalam realitas fisik, konsep-konsep abstrak, ide hipotetis, pernyataan yang bertentangan dengan fakta, dan sebagainya. Misalnya, mereka menjadi mampu melihat makna yang mendasari peribahasa seperti Bagai kacang lupa kulitnya atau habis manis sepah dibuang. Selain itu mereka menjadi lebih mampu memahami konsep-konsep abstrak matematika, ilmu pengetahuan, dan ilmu-ilmu sosial: angka negatif, infinity, momentum, quark, republik, hak asasi manusia, dan sebagainya.

E.  Karakteritik Social Learning dari Albert Bandura
Teori ini menjelakan bahwa perilaku seseorang merupakan hasil dari modelling/peniruan. Jadi perilaku seseorang itu bisa dipengeruhi oleh lingkungan dan kemampuan kognitifnya, sehingga menghasilkan suatu kepribadian.
Teori kognitif sosial bandura manyatakan bahwa perilaku, lingkungan dan faktor manusia/kognitif semua penting dalam memahami kepribadian.

 
 
 F.   Karakteristik teori attribution dari Weiner

Dalam teori ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengekslporasi semua kemampuannya. Sehingga ruang gerak siswa dalam mencari dan mengolah informasi tidak dibatasi. Teori atribusi ini cocok untuk diterapkan dalam kurikulum 2013 karena memacu anak untuk bisa mengeksplorasi semua kemampuannya.

1 komentar:

 
Back to top!