Searching...
Sunday, February 11, 2018

Duka Putri NIAS


DUKA PUTRI NIAS

(Untuk Dewira Zebua)


Nias, pulau nan jauh di sana yang tak pernah terbayang kalau disana kaki ini akan berpijak. Tepatnya tahun 2016, jelajah kaki harus berganti tanah, adat dan juga bekal tugas yang harus diselesaikan. Banyak cerita dan peristiwa yang bertolak belakang dengan apa yang pernah dialami di tanah jawa. Namun, dari sekian peristiwa itu dukalah yang menjadi peristiwa terhebat yang sampai sekarang masih nyata di ingatan.

Dewira, Februari 2017
Malam itu, ada kabar siswi disekolah tempat tugas Dewira Zebua, siswi kelas 7  kabarnya meninggal dunia. Iya, dari berbagai faktor tidak ada yang menjelaskan ikatan diri yang mengharuskan untuk bersedih selain ikatan dari seorang guru dan murid. Sedih iyaa, marah iyaaaa dan menyesal juga iyaaaa....

Esoknya perjalanan dimulai, dari rumah ke sekolah jarak tempuh dengan jalan kaki adalah satu jam. Dan kabarnya jarak tempuh ke rumah almarhumah adalah lebih dari dua jam. Cukuplah tekad untuk bersama siswa-siswi dan guru-guru untuk memberikan penghormatan terakhir. 

Jalan yang dilalui masih teringat betul, rumput liar dan semak-semak yang rimbun. Lewat sungai yang katanya kalau hujan susah untuk dilewati dan jalan penuh lumpur cukuplah untuk membuat sesorang melambaikan tangan. Tapi terbayang bagaimana anak sekecil itu mengejar “mentari” tiap pagi melewati jalan seperti ini.

Perjalanan Melayat, Maret 2017
 Cuaca lumayan terik, anak-anak juga sudah mulai kelelahan tapi baru setengah jalan. Masih ada medan yang lebih parah lagi. Jangan tanya bagaimana jalan disini, melewati jalan yang sangat jarang rumah serta penduduknya. Desa tujuan kami kalau tidak salah adalah desa Sindrolo Kecamatan Ulu Idanotae, Nias Selatan, yang pernah dengar adalah desa yang lumayan rawan karena letaknya yang sangat jauh. Perjalanan berlanjut, dan benar jalan semakin ekstrim menurun dan berlumpur. Sempat bertanya ke warga sekitar katanya rumahnya tak jauh lagi. Namun, itu untuk ukuran warga di sana, bagi saya itu masih lumayan jauh.

Perjalanan Melayat, Maret 2017
Sampailah di rumah yang nampak sederhana, seperti rumah-rumah disekitar sana. Nuansa duka mulai terasa, terbaring jenazah yang dulu ceria, penurut dan tidak banyak ulah kalau di minta mengerjakan tugas. Dikelilingi keluarga termasuk sang kakak.

Masih ingat juga ketika dulu di kelas, sekitar bulan februari 2017 ada tugas untuk menuliskan cita-cita di selembar kertas. Engkau lebih memilih menulis untuk menjadi seorang polwan, yang entah apa sudah pernah lihat langsung atau belum. Namun satu bulan setelah itu engkau harus merelakan cita-citamu tak tercapai di dunia.

Cita-citamu untuk menjadi Polisi Wanita memang tak tercapai, tapi semangatmu telah berhasil menahlukkan kehidupan yang keras padamu. Iya, Tuhan punya rencana lain, mungkin di sana engkau akan meraih cita-citamu lebih mudah dan tidak harus menghadapi beratnya kehidupan.

“Semoga disana engkau bisa tersenyum dan melupakan bagaimana sedihnya perjalananmu meraih pendidikan di dunia”

0 komentar:

Post a Comment

 
Back to top!