Catatan Kampus
"Mahfud MD"
Sejak SMP, Mahfud remaja tertarik menyaksikan hingar bingar kampanye pemilu. Disitulah bibit-bibit kecintaannya pada politik terlihat. Pada masa kuliah kecintaannya pada politik semakin membuncah dan disalurkannya dengan malang melintang diberbagai organisasi kemahasiswaan intra universiter seperti Senat Mahasiswa, Badan Perwakilan Mahasiswa, dan Pers Mahasiswa. Sebelumnya Mahfud juga aktif di organisasi ekstra universiter Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Pilihannya pada HMI didorong oleh pemahamannya terhadap medan politik di UII. Saat itu untuk bisa menjadi pimpinan organisasi intra kampus harus berstempel sebagai aktivis HMI.
Namun dari beberapa organisasi intra kampus yang pernah ia ikuti, hanya Lembaga Pers Mahasiswa yang paling ia tekuni. Sejarah mencatat ia pernah menjadi pimpinan di majalah Mahasiswa Keadilan (tingkat fakultas hukum), ia juga memimpin Majalah Mahasiswa Muhibbah (tingkat universitas). Karena begitu kritis terhadap pemerintah Orde Baru, Majalah Muhibbah yang pernah dipimpinnya pernah dibreidel sampai dua kali. Pertama dibreidel oleh Pangkopkamtib Soedomo (tahun 1978) dan terakhir dibreidel oleh Menteri Penerangan Ali Moertopo pada tahun 1983.
Di masa awal studinya di perguruan tinggi, pria jebolan pesantren salaf ini dihadapkan dengan kesulitan ekonomi. Ayahnya telah memasuki usia pensiun, sementara ia harus membiayai dua kuliahanya (di Fakultas Hukum UII, dan Sastra Arab UGM). Menyikapi kondisi itu, Mahfud tak patah arang, ia mencari tambahan biaya kuliahnya dengan aktif menulis di media massa seperti harian Kedaulatan Rakyat dan koran-koran umum lainnya yang memberikan honorarium. Mahfud juga mencari beasiswa untuk kelangsungan kuliah-kuliahnya. Dengan nilai yang membanggakan, tidak terlalu sulit bagi Mahfud untuk mencari beasiswa. Pada tahun pertama, saat ia menempuh program S-1, ia memperoleh beasiswa dari Rektor UII sebagai mahasiswa terbaik. Anak keempat dari tujuh bersaudara ini juga mendapat beasiswa dari Yayasan Dharma Siswa Madura, dan beasiswa dari Yayasan Supersemar. Ketika menempuh pendidikan S-2 di UGM ia mendapat beasiswa penuh dari UII sebagai perguruan tinggi yang mensponsori studinya. Sedangkan pada saat menempuh pendidikan S-3 di UGM ia mendapat beasiswa dari Yayasan Supersemar dan dari Tim Manajemen Program Doktor (TMPD) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sumber :
http://www.mahfudmd.com/
Namun dari beberapa organisasi intra kampus yang pernah ia ikuti, hanya Lembaga Pers Mahasiswa yang paling ia tekuni. Sejarah mencatat ia pernah menjadi pimpinan di majalah Mahasiswa Keadilan (tingkat fakultas hukum), ia juga memimpin Majalah Mahasiswa Muhibbah (tingkat universitas). Karena begitu kritis terhadap pemerintah Orde Baru, Majalah Muhibbah yang pernah dipimpinnya pernah dibreidel sampai dua kali. Pertama dibreidel oleh Pangkopkamtib Soedomo (tahun 1978) dan terakhir dibreidel oleh Menteri Penerangan Ali Moertopo pada tahun 1983.
Di masa awal studinya di perguruan tinggi, pria jebolan pesantren salaf ini dihadapkan dengan kesulitan ekonomi. Ayahnya telah memasuki usia pensiun, sementara ia harus membiayai dua kuliahanya (di Fakultas Hukum UII, dan Sastra Arab UGM). Menyikapi kondisi itu, Mahfud tak patah arang, ia mencari tambahan biaya kuliahnya dengan aktif menulis di media massa seperti harian Kedaulatan Rakyat dan koran-koran umum lainnya yang memberikan honorarium. Mahfud juga mencari beasiswa untuk kelangsungan kuliah-kuliahnya. Dengan nilai yang membanggakan, tidak terlalu sulit bagi Mahfud untuk mencari beasiswa. Pada tahun pertama, saat ia menempuh program S-1, ia memperoleh beasiswa dari Rektor UII sebagai mahasiswa terbaik. Anak keempat dari tujuh bersaudara ini juga mendapat beasiswa dari Yayasan Dharma Siswa Madura, dan beasiswa dari Yayasan Supersemar. Ketika menempuh pendidikan S-2 di UGM ia mendapat beasiswa penuh dari UII sebagai perguruan tinggi yang mensponsori studinya. Sedangkan pada saat menempuh pendidikan S-3 di UGM ia mendapat beasiswa dari Yayasan Supersemar dan dari Tim Manajemen Program Doktor (TMPD) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sumber :
http://www.mahfudmd.com/
0 komentar:
Post a Comment