POLEMIK SEKTARIAN ISLAM MAHASISWA
(M. Ahiq Taufiqurrohman. Pend. Ekonomi. UPI, Bandung)
Bukan sebuah masalah apabila banyak yang menganggap bahwa polemik mengenai sektarian Islam dalam dunia kampus itu tidak ada. Namun, sekiranya sebuah pengetahuan akan hal tersebut dapat menjadikan kita sadar bahwa keberadaan dan penggolongan Islam telah menjadikannya sebagai benih akan sektarian agama. Sektarian dalam hal ini dimengertikan sebagai pembedaan akan sebuah golongan secara keras dan tidak tolerir. Dalam kondisi tersebut akan muncul garis pembatas dan juga keloyalan yang terkadang tidak memiliki landasan.
Dunia kampus telah menunjukkan bagaimana miniatur bangsa kedepan telah menunjukkan bagaimana pegelompokan akan basis agama yang sama namun berbeda haluan. Islam sejak dulu disampaikan Nabi Muhammad SAW kepada umat manusia sebagai agama yang menyeluruh sekarang seperti hanya milik beberapa kalangan. Hakekat yang dimiliki oleh Agama Islam sekarang lebih pada pembenaran akan apa yang dianutnya, dan menyalahkan akan apa yang menjadi perbedaannya. Dalam hal ini, perbedaan lebih ditonjolkan dan lebih dimunculkan sebagai permasalahan yang besar namun bermakna pada “pengkafiran” umat. Para mahasiswa banyak yang telah hadir dengan berbagai label akan golongan yang dianutnya dan memiliki ideologi bahwa golongan yang dianut oleh mahasiswa lainnya adalah salah.
Sebuah hal yang sangat ironis, mahasiswa yang sejatinya harus mampu mengembangkan dan menyatukan perbedaan dalam sebuah keharmonisan beragama dalam intelektualitas kini telah sirna. Judul diatas bukan sebuah upaya provokasi, namun ada sebuah kesadaran bahwa Islam adalah agama penyempurna, bukan sebagai pembeda. Sektarian yang dilabelkan pada golongan Islam dalam lingkungan mahasiswa sendiri juga memiliki maksud bahwa mahasiswa sendiri seperti telah membekukan makna dan hakekat agama Islam yang luar biasa.
“Ketika kita berfikir bahwa cukup di sini kita melangkah karena itu bukan jangkauan kita, maka juga sampai di sini ketercapaian akan kemajuan yang akan diperoleh”, Kataku
0 komentar:
Post a Comment