HanyaPementasan Upacara
(Ahiq Taufiq, 17 Agustus 2012)
Keagungan
perjuangan yang terpatri dalam dada setiap insan tanah air ini mencapai
puncaknya saat teks proklamasi dikumandangkan pada 17 Agustus 1945 oleh Bung
Karno. Kegembiran bangsa yang sudah lama terinjak oleh sadisnya tamu yang tak
diundang selama ± 350 tahun telah terbayar. Semenjak itu bangsa ini menjadi
bangsa yang bangkit bertahap menuju segala perubahan yang dicita-citakan yang
sekarang tertuang dalam UUD 1945, untuk kesejahteraan bangsa Indonesia.
Berbagai
peringatan akan kemerdekaan Indonesia setiap tanggal 17 Agustus menjadikan
setiap rakyat bangsa Indonesia ingat dan merefleksikan arti peringatan
kemerdekaan itu. Sejak dituliskan deretan kata-kata ini tepat pada tanggal 17
agustus 2012 sebagai upaya refleksi pemikiran akan peringatan kemerdekaan
bangsa ini yang ke-67.
Kemerdekaan
bangsa yang mulai tak terasa beberapa tahun belakangan, terdapat pertanyaan
apakah karena dari pribadi atau bangsa ini yang mulai layu dan menganggap biasa
akan arti sebuah kemerdekaan. Hal yang tidak terlupakan adalah upacara
peringatan kemerdekaan dengan pengibaran sang merah putih di seluruh nusantara.
Sepertinya upacara hanya yang tersisa dari kemerdekaan negeri ini, negeri yang
dulu semangatnya mampu meruntuhkan para penjajah dari bumi pertiwi. Bukan
membuat fikiran menjadi kurang menhargai kemerdekaan negeri ini, tapi coba kita
rasakan sebagai pribadi ternyata bangsa ini telah terdiam dalam ritual
kemerdekaan saja.
Mencoba
untuk berbuat dan berfikir maju sudah sering kita dengar, namun apa yang sudah
kita lakukan.?
Silahkan
untuk dijawab oleh masing-masing, negara ini masih memiliki janji yang belum
terbayar setelah kemerdekaannya. Siapa yang akan melunasi janji itu, apakah janji
itu adalah urusan pemerintah, urusan mahasiswa atau urusan para pemuka agama?
Janji untuk menjadikan negara ini adil dan sejahtera, seperti lukisan yang akan
berbeda penafsiran siapa yang melihatnya.
Pemerintah
menganggap keadilan dan kesejahteraan itu tercapai ketika perekonomian
meningkat dan banyak penghargaan internasional tercapai. Mahasiswa menganggap
keadilan dan kesejahteraan itu tercapai ketika para penguasa bisa digulingkan.
Sedangkan para pemuka agama yang menganggap keadilan dan kesejahteraan itu
tercapai ketika sudah beribadah untuk akhirat. Bagaimana dengan anda sebagai
pribadi bicara bagaimana keadilan dan kesejahteraan itu tercapai ?
Hanya
pementasan upacara yang kini terasa, bukan semangat refleksi upacara
kemerdekaan yang tercipta. Kesibukan kita mendengarkan penderitaan dan
kebusukan bangsa harus segera kita kurangi, alangkah indahnya ketika kita
menatap cahaya kebangkitan dengan menggandeng saudara kita untuk sebuah
kesejahteraan bangsa.
"Lebih
baik menyalakan lilin daripada menghujat kegelapan"……
Upacara hanya akan menjadi ritual kemerdekaan semata,
ketika tidak ada upaya untuk membangkitkan semangat lewat refleksi nyata,,,,,,,
0 komentar:
Post a Comment