UNTUK SIAPA EKONOMI KERAKYATAN ?
(M. Ahiq Taufiqurrohman, Pend.
Ekonomi, UPI Bandung)
Perkembangan
perekonomian yang semakin tidak tentu arahnya, telah banyak mendorong para
ekonom untuk berlomba mencari sistem ekonomi yang sesuai untuk memajukan
perekonomian Indonesia. Banyak sekali konsep atau sistem perekonomian yang
diajukan mulai dari ekonomi yang klasik berbasis teori lama dari barat maupun
teori modern yang terkadang menyudutkan beberapa pihak. Diantara konsep atau
sistem perekonomian yang diajukan para ekonom, ekonomi kerakyatan nyaring
sekali digaungkan sebagai sistem ekonomi yang tepat untuk bangsa Indonesia.
Banyak
para pelaku ekonomi yang telah menggadang-gadang dan memprekdisikan akan
makmurnya rakyat dengan sistem ekonomi yang berbasis kerakyatan. Teori tersebut
bicara bagaimana sistem ekonomi yang menjunjung tinggi keberperanan dari rakyat
sebagai tujuan utama peningkatan ekonomi bangsa. Dorongan dan semangat untuk
menyebarkan kabar gembira mengenai sistem ekonomi yang berbasis kerakyatan memang
semakin banyak. Namun, dapat difahami dan dilihat akan perkembangan ekonomi
yang telah berjalan semua nihil dirasakan manfaatnya oleh rakyat. Entah
mengapa, ekonomi kerakyatan yang digalakkan hanya sebatas teori semata, berlalu
begitu saja tak terasa manfaatnya. Banyak ditemukan bagaimana rakyat yang
notabennya adalah kalangan menengah ke bawah tetap saja merasakan kesusahan
untuk menjalani hidupnya. Apakah ini ekonomi kerakyatan yang katanya berpihak
kepada rakyat.
Kebijakan-kebijakan
yang dikeluarkan oleh pemerintah, baik dari pusat atau daerah telah banyak
bicara tentang permainan monopoli modal besar. Ketika yang bermodal
besar sudah bicara akan pasar, maka kebijakan akan keluar untuk menurutinya dan
rakyat kembali menerima akibatnya. Seperti halnya keberadaan para pedagang
kecil yang menjerit ketika kehadiran toko besar yang mematikan pasar ekonomi
rakyat, lebih dipilih oleh pelaku kebijakan karena pertimbangan keindahan dan
keuntungan pajak.
Sadarkah
ketika kita berbicara dan mengumandangkan ekonomi kerakyatan, kita belum
seutuhnya membela akan tercapainya ekonomi yang berpihak kepada rakyat. Saat
kita ingin memenuhi kebutuhan pribadi misalnya, masih saja tempat belanja yang
berorientasi ekonomi perorangan yang kita datangi. Mulai tergeser akan peranan
kita terhadap ekonomi rakyat yang sebenarnya kita juga berperan sebagai
penyalur bagan transformasi kemakmuran untuk semuanya.
Untuk siapa ekonomi kerkyatan itu ada, bukan
pertanyaan yang membutuhkan jawaban lewat ucapan. Hakekat mengenai pertanyaan
tersebut mengarah kepada apa yang bisa kita lakukan lewat perbuatan untuk
kemajuan ekonomi kerakyaan di tengah arus kapitalisme yang semakin kuat
menyengsarakan rakyat.
0 komentar:
Post a Comment