Kemana Kebebasan Berekspresi kita..?
(M. Ahiq Taufiqur R)
Melihat
cermin kita mungkin akan sadar, itulah bentuk anugerah dan juga nampak asli
wajah kita. Wajah yang bagaimanapun bentuknya harus kita syukuri, karena itulah
yang terbaik yang dikaruniakan oleh Tuhan. Kita sadar, yang menentukan menarik
tidaknya wajah kita adalah diri kita masing-masing dan penilaian secara
objektif dari orang lain menjadi masukan.
Kembali
kepada judul di atas, Kemana kebebasan berekspresi kita..?, coba teman-teman
cermati paragraf sebelumnya, bahwa yang mutlak adalah anugerah kita, namun yang
masih bisa berubah adalah ketika kita berekspresi sesuai dengan keinginan kita.
Ketika kita dianugerahi kemampuan, fisik dan lainnya sebagai harga mati buat
kita. Masih ada kemungkinan 5 % dari 100% yang dapat merubahnya, kemampuan kita
untuk berekspresi dan mengemasnya.
Sekarang
yang terjadi adalah kita telah “mati” dalam alunan kehidupan yang monoton
karena berbagai paradigma yang mengurung kita (diluar agama). Kita masih latah
untuk melakukan perubahan, kita masih menunggu karya kalau ada hadiah, kita
masih terus bertanya tanpa berusaha mencari jawabannya, dan kita masih belajar
sejarang tanpa memetakan masa depan.
Bebaskan
potensi berekspresi kita, bukan untuk merubah dunia yang telah dianugerahkan
kepada kita, namun menghias dan membuat anugerah kita menjadi lebih baik.
0 komentar:
Post a Comment